Home

/

Blog

/

Franchise atau Money Game

Franchise atau Money Game

image Franchise atau Money Game

Saya melihat “trend baru” yang kurang baik dalam perkembangan waralaba dan kemitraan akhir-akhir ini. Gimmick marketing yang sudah pernah ada tapi dulu hanya dilakukan oleh segelintir merek, sekarang mulai banyak yang mengadopsinya. Alasannya sederhana saja: untuk menjaring lebih banyak peminat atau calon investor.

Money Back Guarantee

Tidak ada yang salah dengan “jaminan uang kembali” atau money back guarantee. Tapi ketika jaminan itu diberikan oleh merek dan manajemen yang tidak memiliki kompetensi untuk meraih penjualan dan profit yang diharapkan, ditambah dengan kekuatan modal atau keuangan perusahaan yang bersangkutan sangat terbatas, maka sangat jelas potensi gimmick ini menjadi money game.

Bagaimana menjelaskannya?

Pertama, akan terjadi banyak outlet yang kinerjanya tidak sesuai target. Kedua, uang jaminan yang dibayarkan adalah dari investor yang masuk belakangan. Gali lubang, tutup lubang. Akhirnya dapat diduga, investor yang “terlambat” bergabung akan menjadi “korban” karena kemungkinan besar akan gagal bayar.

Utang tapi disebut Setoran Modal

Setidaknya saya menemukan 3 merek yang melakukan praktek ini. Mereka menawarkan setor modal sekitar Rp 100 jutaan, ada juga yang hanya Rp 20 juta saja.

Pada umumnya mereka menawarkan dalam waktu 12 bulan mendapat hasil investasi sebesar 10% - 12%. Mereka membandingkan pencapaian itu dengan hasil deposito dan ORI.

Mereka menyebut sebagai setoran modal, tapi ketika saya tanya, berarti masuk ke dalam akta outletnya? Semuanya menjawab bahwa penyetor dana “setoran modal” ini sebagai pemilik saham tapi tidak masuk ke dalam akta. Saya kejar lebih lanjut, berarti ini utang. Mereka tetap menjawab, “Bukan, ini setoran modal.”

Bila anda sempat tergiur dan hendak bergabung sebagai “penyetor modal”, saya sarankan untuk melibatkan lawyer dan konsultan pajak yang paham praktek seperti ini. Bagi saya, ini murni utang-piutang, dengan risiko gagal bayar.

Skema ini juga berpotensi menjadi money game, BILA pemilik merek tidak memiliki kompetensi dan pengalaman berhasil mengelola bisnis dalam jumlah banyak outlet. Para pelaku skema ini menggunakan dalih yang sama, mereka punya banyak outlet, bahkan ada yang banyak merek, sehingga akan mampu melakukan subsidi silang.

Sampai kapan? Memang kalau masih ada yang join terus, mungkin pelakunya terlihat masih oke bisnisnya, padahal gali lubang tutup lubang lewat dana pihak yang belakangan join. Satu saat pasti akan ada korban gagal bayar. Bahkan yang masih terlihat berjalan pun mungkin sudah memakan korban, akan terlihat masih oke kalau korban tidak berani buka suara melakukan perlawanan.

Pseudo Crowd Funding

Sebenarnya model “utang tapi disebut sebagai setoran modal” ini bermula dari praktek pseudo crowd funding.

Istilah lebih popular dari pseudo crowd funding adalah “chip in” alias urunan. Bila modal yang dibutuhkan adalah Rp 1 milyar, maka pemilik merek yang menawarkan kemitraan akan menawarkan cukup setor Rp 50 juta saja, nanti kalau sudah terkumpul 20 orang maka akan dibukakan outletnya. Pihak-pihak penyetor modal akan menjadi pemilik bisnis di lokasi outlet tertentu sesuai kesepakatan, dibikinkan akta notarisnya.

Mengapa bergeser dari pseudo crowd funding menjadi “utang tapi setoran modal”?

Karena lebih menarik, seolah tidak ada risiko kerugian bagi pemilik dana. Kalau pseudo crowd funding tentu ada risiko bisnis, alias risiko rugi, risiko gagal.

Masalah potensi money game ini: ada permintaan, muncul penawaran. Sama halnya dengan gimmick autopilot dan BEP kurang dari 12 bulan. Banyak penawaran franchise dan kemitraan yang mengemas sesuai permintaan yang sebenarnya salah kaprah dan kurangnya literasi keuangan masyarakat kita.

 Tetap waspada dalam berinvestasi. Klikfranchise hadir untuk edukasi dan literasi mengenai penawaran-penawaran waralaba dan kemitraan.

 

 

 

Tags:

Share:

image writer

Utomo Njoto

Senior Franchise Consultant

FT Consulting

Email: utomo.ft@gmail.com

Popular Post

Loading...Loading...Loading...Loading...
kalkulator