Klikfranchise

Klikfranchise.com - Tempat


Our Blogs

with tag "bisnis"
Blog post
09 Agu'22

Beda Mindset Investasi vs Bis…

  Bila Anda biasa menempatkan portofolio investasi di aset kertas (paper asset) seperti saham, reksadana, atau deposito, maka mindset Anda harus berubah ketika mulai mempertimbangkan “berinvestasi” dibisnis riil, mengapa?. Untuk lebih lanjut, mari kita simak pembahasan dibawah ini. Tidak Likuid Berbeda dengan saham, reksadana, dan deposito (juga valas dan LM emas batangan), investasi dibisnis riil itu relatif tidak likuid, alias modal yang sudah Anda setorkan tidak bisa diuangkan kembali dengan segera. Bila ada keperluan keuangan, paper asset dapat segera dicairkan nilai pokoknya. Dalam bisnis, sulit sekali untuk mencairkan kembali modal yang sudah menjadi aset untuk menjalankan bisnis tersebut. Tentu saja paper asset berupa saham gocap adalah pengecualian dalam penjelasan ini, karena saham gocap mungkin sulit dijual (dicairkan) juga. Depresiasi Aset Sebagian besar dari modal yang Anda setorkan akan menjadi aset tidak bergerak yang secara akuntansi kemungkinan besar nilainya menjadi nol akibat depresiasi nilai aset dalam waktu 5 tahun mendatang (kecuali gedung bangunan yang mungkin bisa sampai 20 tahun). Dalam paper asset, modal Anda tidak akan menyusut. Jadi, selain faktor likuiditas, modal yang telah menjadi aset tersebut mengalami penurunan nilai. Tentu saja penurunan nilai ini bisa dikoreksi dengan revaluasi asset yang nilainya kemungkinan kecil bisa menyamai atau melebihi nilai modal yang ditanamkan ke bisnis tersebut. Tentu ada pengecualian pada beberapa item seperti properti yang didapat dengan harga murah sehingga saat revaluasi harganya melonjak menjadi lebih tinggi dari harga beli atau harga modalnya. Penghasilan Bulanan vs Yield bulanan Nah, selain hal likuiditas dan depresiasi, ada satu hal lagi yang menarik untuk disimak, yaitu penghasilan bulanan dalam bisnis riil. Perhatikan ilustrasi berikut ini, paper asset kita umpamakan berbentuk Deposito: *Bunga deposito dan hasil Bulanan belum dikurangi pajak Pada umumnya prospek suatu bisnis digambarkan dengan ungkapan payback period, beberapa orang menggunakan istilah Break Event Point (BEP), beberapa orang yang lain menggunakan istilah balik modal. Tentu saja ketiga istilah tersebut (payback period, BEP, dan balik modal) sesungguhnya tidak identik, tidak persis sama. Namun untuk keperluan penyederhanaan, maka kita anggap saja sama maknanya, yaitu waktu yang dibutuhkan agar akumulasi EBITDA (Earnings Before Interest Tax Depreciation Amortization, yaitu laba usaha sebelum dipotong biaya bunga, pajak tahunan, depresiasi, dan amortisasi) bulanan menjadi sama dengan modal yang dibelanjakan menjadi asset dan biaya-biaya persiapan bisnisnya. Nah dalam tabel tersebut, YIELD untuk deposito terlihat sama persis dengan bunga deposito. Tapi untuk YIELD bisnis, kita perlu mengurangi total hasil dengan modal, karena modal sudah menjadi aset yang relatif tidak likuid. Aset yang tidak likuid ini bisa dikatakan tetap produktif meski mungkin perlu biaya perawatan dan perbaikan asset, dan biaya ini seyogyanya tercatat sebagai biaya operasional. (Baca artikel: Biaya Operasional, Apa Saja?) Catatan: Meski hasil EBITDA kemudian dikurangi dengan total modal di akhir tahun ke-5, biasanya nilai dan persentase yield ini tetap lebih menarik daripada deposito, apabila anda tidak keliru memilih waralaba atau kemitraan. Angka ini akan menjadi lebih menarik lagi ketika kita menarik waktu yang lebih panjang, misal 10 tahun atau 15 tahun.     *Bunga deposito dan hasil Bulanan belum dikurangi pajak   Bila Anda punya pendapat lain, atau tambahan informasi yang bermanfaat, silakan mengirim komentar ke admin@klikfranchise.com.

Read More (418 views)
Blog post
29 Jul'22

7 Mitos Waralaba

  Ada banyak salah kaprah dalam waralaba yang perlu diluruskan. Salah kaprah ini telah menimbulkan konflik-konflik yang seharusnya bisa dihindari, atau setidaknya diminimalkan. Dalam kesempatan ini saya mencoba menguraikan 7 mitos waralaba yang mengakibatkan salah kaprah yang banyak terjadi.   1. Waralaba itu Menghasilkan Passive Income Khusus untuk waralaba yang operated by franchisor (dikelola atau dijalankan oleh franchisor), mungkin pendapat ini benar sebagian. Sebagian, karena meski operated by franchisor, franchisor biasanya tidak memberikan jaminan keuntungan.   2. Waralaba itu Pasti Untung Waralaba adalah investasi bisnis, jadi pasti ada resiko. Bila tidak menghendaki resiko, pilihannya adalah menyimpan uang di bank saja dalam bentuk tabungan atau deposito. Salah kaprah bahwa “waralaba pasti untung” ini terus berlanjut, karena informasi dan penawaran waralaba di pameran selalu terlihat menarik dan manis didengar. Tak jarang investor baru menyadari adanya resiko rugi setelah bisnis waralabanya beroperasi dan mengalami kerugian. Banyak investor yang terpikat oleh tampilan luar suatu merek atau bisnis yang diwaralabakan. Keterampilan franchisor dalam membangun dan mengemas merek dan bisnisnya sering mengelabui investor atau calon franchisee. Membeli waralaba dengan merek yang mentereng, tanpa mempelajari dengan cermat fundamental bisnisnya, sama saja dengan membeli rumah yang dicat dengan rapih di bagian luar saja tapi tidak memeriksa bagian dalamnya yang mungkin saja seperti bermasalah konstruksinya.   3. Waralaba itu Mudah Dijalankan Tingkat kemudahan menjalankan bisnis waralaba tergantung jenis dan model bisnisnya. Sesederhana apa pun, tampaknya manajemen kepegawaian (SDM, Sumber Daya Manusia) merupakan tantangan terbesar dan terberat yang akan dihadapi setiap franchisee. Kecuali franchise pasif, franchisee seharusnya terlibat aktif mengikuti pelatihan awal yang diselenggarakan oleh franchisor. Tidak sedikit franchisee yang mengabaikan hal penting ini. Di sisi lain, banyak franchisor yang kurang menuntut kewajiban franchisee untuk mengikuti pelatihan ini.   4. Franchisor Bertanggungjawab Menyediakan Pegawai Banyak franchisee yang “merasa dijanjikan” bahwa franchisor yang akan menyediakan pegawai. Kalau ada pegawai mengundurkan diri, maka franchisor bertanggungjawab mencarikan pegawai. Seharusnya mencari pegawai adalah kewajiban franchisee. Franchisor hanya membantu, tapi tidak mungkin memberikan janji atau jaminan pasti bisa menemukan calon pegawai. Ketersediaan calon pegawai itu di luar kendali franchisor. Kewajiban franchisor adalah mengajarkan cara menyeleksi dan melatih, atau memberikan support pelaksanaan menyeleksi dan melatih calon pegawai itu. Kewajiban franchisee adalah “mencari pegawai” dan “mengelola pegawai” dengan baik.    5. Franchisor Bertanggungjawab Meningkatkan Sales Franchisee Meski tidak sepenuhnya keliru, pernyataan di atas tidak sepenuhnya benar. Franchisor bertanggungjawab meningkatkan “peluang” terjadinya penjualan (sales) melalui upaya-upaya atau kegiatan branding dan pemasaran (marketing). Kegiatan branding dan marketing yang baik akan meningkatkan peluang datangnya calon pelanggan, tapi penjualan baru akan terjadi ketika tim di level gerai menjalankan perannya dengan baik. Keberhasilan meningkatkan penjualan adalah tanggungjawab masing-masing franchisee, melalui komitmen-komitmen menjaga standar kualitas produk dan layanan, kepuasan pelanggan, dan kegiatan promosi lokal. Dalam hal tertentu, kadang upaya franchisor masih kurang berhasil mendatangkan calon pelanggan ke gerai. Hal ini bisa diakibatkan karena suatu mall yang kurang aktif menyelenggarakan event, atau memang wilayah sekitar lokasi gerai memiliki kebiasaan tertentu yang unik, atau faktor lain seperti traffic (jumlah kendaraan atau orang yang lewat) yang kurang mendukung. Dalam hal ini memang franchisor diharapkan dapat memberikan support dengan mendatangkan timnya ke gerai untuk melihat cara-cara lain yang diperlukan khusus untuk kondisi gerai tersebut.   6. Merek Terkenal Berhak Atas Biaya Awal Waralaba yang Tinggi Salah kaprah ini dikarenakan pemahaman yang tumpang tindih dengan konsep “brand equity”. Biaya awal waralaba itu terkait dengan potensi keuntungan di level gerai yang bersangkutan. Brand equity itu terkait dengan potensi pengembangan yang tidak dibatasi di satu gerai belaka. Itu sebabnya brand equity suatu merek bisa jauh lebih tinggi nilainya bila dibandingkan dengan biaya awal waralaba. Franchisor yang memasang biaya awal waralaba amat tinggi (dengan alasan mereknya terkenal), ibarat memasang perangkap bagi dirinya sendiri. Biaya awal waralaba yang ia tetapkan dengan sangat tinggi akan mengakibatkan franchisee tidak bisa mencapai balik modal. Payback period bisnis di gerai franchisee menjadi akan buruk ketika dikaitkan dengan biaya investasi yang dikeluarkan oleh franchisee tersebut.   7. Waralaba Untuk Belajar Bisnis Salah kaprah yang satu ini memiliki dampak negatif yang mengganggu perkembangan bisnis waralaba. Beberapa franchisee mengira bahwa mereka berhak mengganti merek setelah jangka waktu perjanjian waralaba berakhir. Mereka menganggap sah-sah saja kalau mereka membeli waralaba untuk belajar bisnis, lalu menurunkan merek  waralaba dan menggantinya dengan merek mereka sendiri. Bila investor atau calon franchisee memang berencana hendak menggunakan merek sendiri, etikanya mereka tidak membeli waralaba. Ada jalan lain untuk tujuan tersebut: membayar konsultan bisnis bidang tertentu, misalnya konsultan restoran bagi yang hendak mendirikan bisnis restoran, atau konsultan retail bagi yang hendak mendirikan bisnis mini market. Beberapa pemasok mesin juga sering menyediakan jasa konsultasi seperti ini, misal pemasok mesin laundry memberikan pelatihan dan konsultasi untuk mendirikan bisnis laundry, atau pemasok bahan makanan seperti coklat dan tepung menyediakan jasa pelatihan dan konsultasi untuk mendirikan bisnis roti dan kue.  

Read More (566 views)
Blog post
21 Jul'22

Dualisme Merek Warteg Kharism…

Tahukah anda bahwa ada DUA versi Warung Tegal (Warteg) Kharisma Bahari, dan dua-duanya memiliki Sertifikat Merek? Berikut tabel perbandingan informasi merek yang didapat dari https://pdki-indonesia.dgip.go.id/   Tabel Perbandingan Merek WKB dengan Kharisma Bahari LOGO Nama Merek WKB +LOGO KHARISMA BAHARI Translasi WKB = Penamaan Tidak ada Nama Pemilik Merek SAYUDI HERNANDO YUDHA SETIAWAN       Nomor Permohonan J002019020608 JID2020081354 Tanggal Penerimaan 4/22/2019 12/16/2020       Nomor Sertifikat IDM000811094 IDM000923795 Tanggal Pendaftaran 11/11/2020 11/16/2021 Kelas 43 43       Uraian Kelas Restoran, cafe, rumah makan, tempat penyediaan makanan dan minuman, catering, warung makan. Kantin, Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera), Restoran, rumah makan.   Dualisme (Kepemilikan) Merek Dualisme kepemilikan merek sebenarnya bukan hal yang baru. Salah satu kasus dualisme (kepemilikan) merek yang mengakibatkan perseteruan hingga ke meja hijau adalah “Geprek Bensu”. Tentu keduanya memiliki perbedaan, tapi faktanya masyarakat tidak paham hingga munculnya berita viral mengenai sengketa merek ini. Terkait merek Kharisma Bahari ini, terlihat “WKB” yang lebih dulu menggunakan merek ini hanya mendaftar di kelas 43 dan tidak melibatkan konsultan merek, sebaliknya “Kharisma Bahari” menggandeng konsultan merek dan mendaftar pula di beberapa kelas lainnya, misalnya di kelas 45 yang dalam uraiannya didaftarkan sebagai “jasa lisensi konsep waralaba, Jasa Lisensi Waralaba” (saya kurang paham makna bolak-balik dari lisensi dan waralaba ini). Bahkan di kelas 43 mereka mendaftarkan pula merek “WRTG KHARISMA BAHARI”, sekitar 2 minggu setelah permohonan pendaftaran merek mereka sendiri yang saya cantumkan di tabel tersebut.   Dualisme dengan Kesepakatan Bersama Sebenarnya ada dualisme yang disertai kesepakatan bersama, misalnya Rocket Chicken dan RFC (Rocket Fried Chicken). Meski demikian, tampaknya sebagian masyarakat terlihat tidak sepenuhnya paham kalau dua merek ini berbeda kepemilikannya. Berita mengenai sengketa dua merek ini yang berujung damai dapat disimak di tautan berikut ini; Sengketa Merek Rocket Chicken dengan Rocket Fried Chicken Berujung Damai. Mengenai WKB dan “Karisma Bahari” yang bukan-WKB ini, tidak jelas apakah keduanya satu grup, atau keduanya menandatangani kesepakatan tertentu, atau pihak WKB tidak mengetahui ada pihak yang menggunakan dan mendaftarkan merek Kharisma Bahari untuk bisnis warteg.   Risiko Brand Image Dualisme seperti ini sebenarnya tentu saja memiliki risiko terhadap brand image mereka masing-masing. Sebaiknya seorang pengusaha menggunakan merek yang unik dalam mengembangkan bisnisnya, dan menjaga keunikan (uniqueness) mereknya dengan memperhatikan perkembangan permohonan merek yang diajukan ke Dirjen HKI. Bila terlalu sibuk, bisa melibatkan konsultan HKI terdaftar dengan kejelasan kerja sama, yaitu menjaga agar tidak ada merek yang sama atau mirip yang didaftarkan ke Dirjen HKI.   * Bila ada informasi tambahan yang dapat melengkapi kabar terkait dualisme merek Warteg Kharima Bahari, anda bisa kirim email ke admin@klikfranchise.com

Read More (1247 views)
Blog post
07 Jul'22

Franchise Consultant, Package…

  Ada 3 perbedaan mendasar dari 3 peran berikut ini. Saat ini mungkin mereka semua Anda kenal sebagai "Franchise Consultant" Franchise Consultant Konsultan franchise menjelaskan bagaimana seharusnya franchise (dan kemitraan) dijalankan, menjelaskan rambu-rambu mengenai kriteria atau parameter kesiapan bisnis Anda dalam menawarkan franchise atau kemitraan. Konsultan franchise juga membantu mengarahkan Anda untuk menjadikan bisnis Anda memenuhi parameter atau mencapai kriteria tersebut. Tugasnya mengidentifikasi hal-hal yang perlu diantisipasi, meminimalkan kekeliruan dan konflik dengan franchisee/mitra. Franchise Broker Broker franchise membantu Anda menjual franchise dan/atau kemitraan. Idealnya franchise broker menjual franchise/kemitraan yang memenuhi persyaratan atau parameter kesiapan tersebut di atas. Tapi bisa saja franchise broker menawarkan franchise/kemitraan yang belum memenuhi kriteria sebagai franchise/kemitraan yang siap atau layak. Misinya hanya berjualan, alias mencarikan investor. Franchise Packager Franchise packager berperan untuk membantu membuat bisnis Anda "bisa" dan "menarik" untuk ditawarkan sebagai waralaba atau kemitraan. Berbeda dengan peran franchise consultant, "bisa" di sini bukan berarti benar-benar memenuhi kriteria kesiapan/kelayakan untuk menawarkan waralaba atau kemitraan. Seringkali target penjualan yang ditampilkan dalam simulasi merupakan hasil simulasi, bukan kinerja historis. Misi dari franchise packager adalah menghasilkan suatu paket penawaran yang "menarik" ... semua klien dianggap memenuhi syarat untuk menawarkan waralaba/kemitraan. Franchising bukan sekedar menawarkan bisnis yang kemasannya menarik. Penawaran franchise memang perlu (1) kemasan yang menarik, tapi harus disertai dengan (2) akumulasi pengalaman yang berharga dalam menjalankan bisnis, termasuk keluar dari keadaan yang sulit, dan (3) tim yang kompeten dalam memberikan support operasional kepada franchisee. Akumulasi pengalaman dan kompetensi tim tersebut diharapkan menjadi faktor pendukung untuk mewujudkan peluang sukses bisnis tersebut di lokasi yang diajukan oleh franchisee.  

Read More (590 views)
Blog post
06 Jun'22

8 Sebab Utama Kegagalan Bisni…

  Dirangkum dari franchisedirect.com, ada 8 sebab utama kegagalan bisnis franchise. Ada 4 faktor franchisor (1-4) dan 4 faktor franchisee (5-8). *Saya menambahkan keterangan, versi saya sendiri. Training & support tidak memadai, entah karena kejar setoran agar bisa buka sebanyak-banyaknya, atau memang tim nya kurang kompeten, atau franchisor sedang melewati learning curve dan masa sulitnya. Bisnis dan franchise model yang relatif baru, belum teruji oleh waktu. Biasanya ini karena hype sesaat. Contoh ekstrimnya ais kepal milo. Pasarnya tidak cukup besar untuk mengimbangi biaya-biayanya. Ini kekeliruan yang klasik, dan menjadi faktor utama kegagalan mayoritas start-up yang dilanda gelombang PHK maupun gulung tikar saat ini. Menghasilkan produk adalah satu hal, menjual dan menghasilkan uang yang cukup dari produk itu adalah hal lain yang tidak kalah penting. Franchisor bubar, karena memang tidak memiliki komitmen jangka panjang pada bisnisnya, atau sebagai akibat dari kesulitan keuangan. Di Amerika sendiri ada beberapa franchisor yang menyatakan bangkrut karena terlalu banyak utang, tapi seringkali terselamatkan karena biasanya ada perusahaan lain yang mengambil-alih. Selain itu bisa juga franchisor sekedar mengurangi jumlah tim sehingga sistem support memburuk. Modal kerja pas-pasan, karena informasi franchisor yang banyak hidden cost, atau memang franchisee-nya yang memaksakan diri. Tidak realistis dalam menyusun proyeksi bisnis, karena menelan mentah-mentah semua target dan asumsi yang dipublikasikan franchisor (padahal ini untuk wilayah lain), atau membuat asumsi dan target yang terlalu optimistis dan tidak sesuai keadaan wilayah lokasinya. Tidak tunduk pada sistem franchisor. Ini biasanya bisa diminimalisir jika seleksi franchisee dan tim operasionalnya cukup ketat. Orang-orang yang super kreatif, dan sulit tunduk pada sistem yang baku, memang tidak cocok menjadi franchisee. Tidak fokus. Tidak sedikit franchisee yang menjadikan investasi franchise-nya sebagai bisnis kedua, sehingga kurang mendapat perhatian dan mudah dikelabui pegawainya (kehilangan barang maupun uang tunai). Di sisi lain adapula franchisee yang mengalihkan laba operasional (atau lbh parah lagi: omset) di bisnis franchise nya untuk bisnis lainnya yang sedang kesulitan arus kas. Akibatnya, bisnis franchise yang sebenarnya bagus jadi bermasalah juga. Semoga bermanfaat!

Read More (515 views)
Blog post
02 Jun'22

Mau Beli Franchise? Tanyakan …

Langsung saja, berikut ini 8 pertanyaan cerdas yang wajib anda tanyakan kepada franchisor sebelum membeli franchise. Sudah punya berapa outlet? Butuh modal berapa rupiah? Dengan modal segitu, omset rata-rata sebulan berapa rupiah? Dengan omset segitu, “profit bersih” nya bisa berapa rupiah? Yang bisa mencapai omset dan profit segitu lokasinya di mana? Ada berapa lokasi yang omsetnya bisa segitu? Butuh waktu berapa bulan untuk outlet-outlet itu mencapai omset segitu? Apakah ada franchisee yang boleh saya ajak bicara? (minta contact-nya) Kalkulator Franchise Untuk bisa menggunakan kalkulator franchise, sebenarnya diperlukan informasi tambahan sebagai berikut: Berapa nilai rupiah HPP atau COGS atau harga modal untuk omset segitu? Berapa nilai rupiah biaya operasional-nya bila tidak termasuk depresiasi? Berapa nilai rupiah rata-rata setiap transaksinya? Bila angka-angka itu valid, seharusnya Omset – HPP – Biaya Operasional = Profit Bersih. Masukkan angka-angka itu ke dalam kolom form kalkulator franchise di klikfranchise.com, maka Anda dapat memeriksa kewajaran klaim omsetnya, demikian juga dengan balik modalnya. STPW (Surat Tanda Pendaftaran Waralaba) Bisnis yang ditawarkan sebagai franchise di wilayah Indonesia, wajib punya STPW (Surat Tanda Pendaftaran Waralaba), dan wajib memberikan waktu sekitar 2 minggu kepada calon franchisee-nya untuk mempelajari prospektus penawaran waralaba. Bila tidak memiliki STPW, biasanya mereka istilah legal yang digunakan untuk perjanjian kerja sama adalah kemitraan. Suka Keseharian Bisnisnya Satu hal lagi yang penting, bila franchise-nya bukan investor pasif, maka Anda harus suka keseharian bisnisnya. Hobi saja tidak cukup, tapi Anda harus menyukai keseharian bisnisnya, jangan sampai bosan, apalagi stress. Keseharian bisnis ini contohnya adalah menyangkut mengelola pegawai dan menangani keluhan pelanggan.

Read More (629 views)
Blog post
23 Agu'21

Paket Usaha

Paket Usaha adalah bentuk kerja sama kemitraan yang tidak menyeragamkan merek bisnisnya. Pada umumnya yang menawarkan Paket Usaha memiliki tujuan memasok bahan baku atau produk yang akan dijual oleh yang membeli Paket Usaha (selanjutnya kita sebut Mitra). Mitra menjalankan bisnis tersebut dengan bebas, karena tidak ada keterikatan penggunaan merek bersama. Mitra membeli perlengkapan awal yang mungkin belum lengkap dari penjual Paket Usaha. Belum lengkap di sini misalnya terkait kebutuhan lemari es, rak/lemari penyimpan barang atau bahan baku, sistem administrasi, dan sebagainya. Selain menyediakan pasokan untuk kelanjutan bisnis Mitra, penjual Paket Usaha biasanya menyediakan pelatihan awal (bisa juga ada pelatihan lanjutan). Berbeda dengan waralaba, biasanya penjual Paket Usaha mengambil margin keuntungan dari pasokan produk adan bahan bakunya sehingga tidak ada biaya bulanan. Contoh: produsen/distributor bubuk minuman teh, bubble tea, dan kopi yang menawarkan Peluang Usaha atau Paket Usaha.

Read More (573 views)