Our Blogs
with tag "finance"

Wajarkah Target Sales-nya?
Makin maraknya penawaran peluang waralaba dengan figur Influencers dan tokoh-tokoh yang piawai membangun personal branding, seolah menjadi lanjutan fenomena bisnis kue para artis yang mulai hilang keriuhannya. Lakukan investigasi dan observasi. Jangan percaya begitu saja pada informasi yang dicetak di brosur-brosur penawaran. 1. Misal target sales brosur, per bulan Rp250 juta, dengan rata-rata rupiah transaksi Rp25.000,-. Kita cari target jumlah (frekuensi) transaksinya. 2. Lakukan observasi untuk menemukan fakta lapangan. Kunjungi salah satu outlet yang ciri-ciri lokasi atau wilayahnya mirip lokasi Anda. 3. Bedakan antara "akhir minggu" dengan "hari biasa". Ambil contoh untuk akhir minggu Anda cek hari sabtu, untuk hari biasa Anda cek hari senin. Atau Anda observasi senin dan rabu, lalu ambil rata-ratanya (dibagi dua). Misal hasilnya seperti ini: 4. Kesimpulan: 1800 dibagi 7, rata-rata per hari 257.14 transaksi. 5. Perbedaan rupiah target sales dengan hasil observasi: *Idealnya memang ada laporan keuangan sehingga tidak perlu observasi. Tapi bila Anda meragukan laporan itu langkah-langkah tersebut adalah salah satu cara verifikasi-nya.
Read More (144 views)
Salah Informasi Menjadi “Bom …
Salah mengelola arus kas dapat mengakibatkan lumpuhnya suatu bisnis, bahkan beberapa bisnis bubar karena kesalahan ini. Oleh karena itu dibutuhkan Laporan Keuangan yang akurat dan informatif untuk keperluan pengambilan keputusan maupun mendeteksi hal-hal yang tidak diinginkan. Laporan Arus Kas Pada umumnya para pelaku bisnis level UKM memantau bisnisnya dengan pencatatan pemasukan dan pengeluaran. Itupun kalau mereka cukup disiplin melakukan pencatatan dan memisahkan keuangan pribadi dari keuangan bisnis mereka. Pencatatan yang berorientasi pada pemasukan dan pengeluaran yang dikenal sebagai laporan arus kas ini tentu saja memiliki beberapa kelemahan, yaitu hanya memberikan gambaran tentang arus kas saja. Sering saya jumpai bahwa pencatatan arus kas ini tidak memberikan gambaran mengenai laba kotor secara akurat, karena definisi HPP (Harga Pokok Penjualan) bagi UKM yang hanya mengandalkan Laporan Arus Kas ini adalah “transaksi pembelian”. Akibatnya persentase “HPP” menjadi seperti yo-yo, naik turun dari bulan ke bulan. Ketika ada bulan yang banyak transaksi pembelian bahan baku, “HPP” nya melonjak sangat tinggi, tapi dalam bulan-bulan sedikit transaksi pembelian, “HPP” nya menjadi sangat rendah. “Tapi kan bisa diambil nilai setahun? Coba kita hitung dengan rentang waktu satu tahun". Argumen ini yang sering muncul bila saya mengingatkan fenomena naik-turunnya HPP dari bulan ke bulan. Bila stok awal tahun bisa persis sama dengan nilai stok akhir tahun, langkah menyetahunkan transaksi pembelian memang bisa “menetralisir” naik-turunnya “HPP” bulanan. Tapi siapa yang bisa menjamin kesesuaian nilai stok awal tahun dengan stok akhir tahun, kecuali kita melakukan pencatatan stok awal tahun dan akhir tahun dengan disiplin dan akurat? Laporan Laba/Rugi Untuk memantau biaya HPP yang lebih akurat, biasanya kita menggunakan Laporan Laba Rugi. Nilai HPP dalam Laporan ini biasanya dipasangkan dengan item-item barang yang terjual. Untuk itu dibutuhkan pencatatan yang akurat terkait stok barang. Setiap selisih jumlah stok barang akan dicatatkan sebagai penjualan dengan catatan bahwa “penjualan” ini merupakan akibat selisih stok alias deviasi atau penyimpangan jumlah stok. Sisi positif dari ditemukannya deviasi ini adalah kita mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di lapangan, yang harus dilaporkan dan dijelaskan oleh pimpinan gerai, entah itu kerusakan barang atau kehilangan barang. Laporan Neraca Dua laporan di atas tidak lengkap bila belum ada Laporan Neraca, karena di sini kita dapat menemukan adanya pengeluaran belanja modal (capital expenditure, atau capex) yang bukan pengeluaran rutin dengan bukti tercatatnya aset tersebut di dalam neraca. Dalam Laporan Neraca pula kita dapat menemukan pencatatan piutang dan utang, dua hal yang sering membingungkan kita ketika arus kas atau kondisi rekening kita tidak ssuai dengan Laporan Laba/Rugi. Kehadiran tiga jenis laporan tersebut akan membantu kita dalam mengambil keputusan yang lebih bijaksana. Arus kas yang melimpah harus dicermati dengan memantau jumlah utang usaha, yaitu kewajiban pembayaran kepada pemasok. Bila tidak punya data yang akurat mengenai jumlah utang, maka bisa jadi arus kas yang melimpah ini kita gunakan untuk hal-hal yang tidak seharusnya kita beli. Arus kas yang menunjukkan surplus hingga Rp20 juta, tanpa dilengkapi data Laba/Rugi dan posisi utang kepada pemasok mungkin akan menggoda kita untuk membeli kendaraan pribadi dengan skema kredit. Bila kita tidak punya data yang akurat terkait HPP, maka bisa jadi kita menjalankan usaha dengan intuisi belaka, sehingga ketika mengambil keputusan untuk memberlakukan diskon promosi penjualan, maka margin keuntungan kotor (dan margin keuntungan bersih tentunya) menjadi kedodoran. Bila kita hanya mengandalkan pencatatan stok awal dan stok akhir, lalu dikaitkan dengan pembelian (barang masuk gudang), tanpa memperhatikan kaitannya dengan penjualan dalam periode yang sama, bisa jadi nilai HPP dalam persepsi Anda menjadi sangat tinggi ketika sebenarnya terjadi cukup banyak barang yang hilang atau rusak. Semua kesalahan akibat kurang akuratnya informasi tersebut bisa menjadi “bom waktu” yang menghancurkan bisnis Anda. Pastikan pengambilan keputusan bisnis Anda didukung oleh data-data yang akurat. Semoga bermanfaat!
Read More (482 views)
Cara Mudah Memeriksa Proyeksi…
Seringkali kita melihat penawaran waralaba dan kemitraan dengan proyeksi keuangan yang “mencengangkan”. Misalnya bisnis kuliner yang menjanjikan balik modal hanya dalam waktu 3 bulan saja. Tentu kita yang masih awam dengan bisnisnya bertanya-tanya, apakah proyeksi tersebut nyata? Lalu, bagaimana memastikan proyeksi keuangan tersebut benar atau salah? Dengan kata lain, kita ingin membuktikan realistis atau tidaknya proyeksi keuangan tersebut. Salah satu cara praktis yang bisa dilakukan adalah dengan mendiskusikan langsung ke ahlinya, yaitu konsultan bisnis dan waralaba. Namun tidak semua orang memiliki “akses” kesana karena beberapa alasan, bisa jadi karena dana, koneksi, dsb. Oleh karena itu, Klikfranchise merangkum beberapa hal berikut yang bisa Anda gunakan setidaknya sebagai “filter awal” dalam menyeleksi bisnis yang Anda minati. # Periksa “Definisi” Balik Modalnya Biasanya kekeliruan ini terjadi pada “franchisor” yang menghitung balik modal menggunakan akumulasi nilai pendapatan, bukan dari akumulasi laba usaha. Dalam pengelolaan bisnis, menghitung balik modal bukanlah dari pendapatan karena masih “bruto” (belum menghitung pengeluaran operasional, dll). Perhitungan balik modal yang tepat adalah menggunakan akumulasi laba usaha. Sehingga operasional bisnis tidak akan terganggu jika uang modal awalnya diambil. Umumnya franchisor yang keliru ini adalah pelaku bisnis kemitraan dan paket usaha, bukan franchisor sungguhan. # Gunakan Logika Sederhana Cari tahu lebih jauh bisnsinya, kapan pertama kali bisnis tersebut berdiri. Jika proyeksi keuangan mereka menjanjikan balik modal dalam waktu 3 bulan, logika sederhana akan bilang: “Bisnis tersebut sudah berdiri sekian tahun. Jika 3 bulan sudah bisa balik modal, pasti mereka bisa buka cabang sendiri dan boleh jadi cabangnya sudah banyak.” Bila nyatanya bisnis tersebut sudah lama dan jumlah cabangnya belum banyak (jika dibandingkan balik modal yang hanya 3 bulan). Maka, Anda sudah tahu harus percaya atau meragukannya. # Apakah Penjualannya Masuk Akal? Lebih lanjut, Anda bisa melihat berapa jumlah penjualan yang ditargetkan. Berdasarkan pengalaman penulis, ada kemitraan yang mematok jumlah penjualan masih “tidak masuk akal”. Sebut saja bisnisnya adalah minuman Thai Tea kekinian. Ia membuat proyeksi penjualan 5000 cup dalam waktu satu bulan, yang berarti sekitar 166-167 cup dalam satu hari. Walaupun terdengar masih masuk akal, tetapi penulis memilih untuk meragukannya. Penulis tidak yakin penjualan sebanyak itu akan bisa achieve. Boleh jadi memang achieve, tetapi mungkin tidak di semua gerai. Potensi achieve-nya kecil, hanya di gerai-gerai unggulan saja. # Bagaimana Jika Informasi Balik Modal Tidak Diinformasikan? Kebalikannya, jika informasi berapa lama balik modalnya justru tidak diinformasikan. Anda dapat menggunakan Kalkulator Franchise. Fitur inovatif ini dibuat oleh Klikfranchise untuk mempermudah Anda dan calon franchisee lainnya untuk mengetahui kapan waktu balik modal suatu penawaran bisnis. Keempat cara diatas akan berguna untuk filter awal Anda bila mendapat informasi mengenai waralaba dan kemitraan tertentu. Ada satu ungkapan yang cocok dalam bahasan kali ini: “If it too good to be true, it is too good to be true” Meski ungkapan tersebut tidak selamanya benar. Tetapi, jika memang sesuatu itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, maka waktunya anda menjadi konservatif!
Read More (587 views)