Our Blogs
with tag "kalkulator-franchise"

Jangka Waktu Balik Modal (“BE…
Jangka waktu balik modal memiliki banyak istilah yang berpotensi menimbulkan kebingungan. Ada yang menggunakan istilah ROI, tapi akhir-akhir ini lebih sering terdengar istilah BEP (Break Even Point) ketika seseorang membicarakan “jangka waktu balik modal”. “BEP nya berapa lama?” begitulah pertanyaan yang sering dilontarkan kepada franchisor atau pihak yang menawarkan kerja sama kemitraan. Saya pribadi lebih suka menggunakan istilah “payback period”, yang sebenarnya mengacu pada berapa lama akumulasi laba usaha mencapai jumlah yang sama dengan seluruh modal yang dikeluarkan di awal usaha. Jadi kalau dengan ilustrasi sederhana, misal gambarannya adalah sebagai berikut: Mengapa ada koreksi sewa di muka?, Karena biasanya biaya sewa dimunculkan di biaya operasional, sehingga bila tidak dilakukan koreksi, maka terjadi duplikasi pembebanan biaya sewa, yaitu di tahun 0 (ketika memulai usaha) dan di biaya operasionalnya. Dalam contoh ilustrasi tersebut, biaya sewa diasumsikan naik menjadi Rp60 juta per tahun, sehingga yang harus dikeluarkan di tahun ke-3 untuk membayar sewa tahun ke-4 hingga ke-6 adalah Rp180 juta. Menyimak ilustrasi tersebut, tampak bahwa payback period ada di tahun ke-3. Untuk menyederhanakan perhitungan, biasanya yang diperhitungkan adalah pencatatan Laba Rugi Tahunan (atau Bulanan) dari kinerja rata-rata outlet bisnis tersebut. Kalkulator Franchise yang tersedia di KlikFranchise menggunakan perhitungan yang disederhanakan. Ilustrasi yang disederhanakan ini akan menjadi sebagai berikut: Meski hasil perhitungan payback nya adalah 2,35 tahun alias di tahun ketiga, hasil perhitungan ini tentu berbeda dengan perhitungan sebelum disederhanakan. Catatan: Perhitungan payback period disarankan untuk memasukkan seluruh kebutuhan belanja modal (aset) dan biaya-biaya awal seperti perizinan, rekrut dan latih SDM, hingga biaya promosi launching. Bila ada pengeluaran belanja modal lagi di tengah perjalanan usaha, maka perhitungan “Payback Period by EBITDA” ini menjadi kurang relevan. Sebaiknya semua aset yang akan dibutuhkan sudah dimasukkan ke dalam belanja modal sejak awal. Related ArticlesTotal Kebutuhan Modal UsahaBiaya Modal KerjaBiaya Operasional, Apa Saja?Menghitung HPP atau COGS
Read More (1484 views)
Biaya Operasional, Apa Saja?
Ada banyak versi mengenai rincian biaya operasional. Berikut ini salah satu cara melakukan pengelompokan untuk memudahkan analisis terhadap laporan yang dihasilkan. Biaya Penjualan, yaitu biaya yang timbul untuk menghasilkan penjualan. Biaya payment channels: EDC (kartu kredit dan debit), QRIS (termasuk fintech), dsb. Biaya sales channels: gofood, grabfood, shopeefood, Tokopedia, Traveloka, dsb. Biaya supplies: kemasan, kantong belanja, kantong plastik, dsb. Dalam bisnis kuliner bisa saja ini termasuk tissue, tusuk gigi, condiments, seperti acar, sambal, dsb. Biaya-biaya terkait waralaba atau lisensi. Biaya SDM, yaitu biaya terkait kepegawaian. Biaya gaji. Biaya tunjangan: tunjangan makan, transport, dsb; termasuk BPJS dan alokasi prorata bulanan untuk THR. Biaya seragam. Biaya rekrutmen dan pelatihan. Bonus, komisi, atau insentif. Biaya Gedung/Ruang Usaha, yaitu biaya sewa dan utilitas; dalam hal ini biaya utilitas bisa dipisah. Biaya sewa. Biaya service charge, atau Iuran Pemeliharaan Lingkungan bila bukan di mall. Biaya sumbangan* Biaya utilitas, yaitu biaya listrik, air, telepon, internet, dan LPG. Biaya Umum, yaitu biaya terkait keseharian. Biaya ATK (alat tulis kantor dan komputer). Biaya transportasi dan perjalanan dinas. Biaya pemeliharaan aset (Gedung, AC, dsb); biaya ini sebaiknya dialokasikan seandainya tidak ada pengeluaran sekalipun, karena mungkin saja dibutuhkan di kemudian hari. Biaya Cleaning Supplies (sabun cuci, cairan pel, dsb). Biaya pest control (bila perlu). Biaya Lain-Lain. Biaya depresiasi aset tangible (berwujud). Biaya amortisasi aset intangible (tidak berwujud): biaya waralaba di muka, biaya sewa dibayar di muka. Biaya Pajak Dll. Apakah ada biaya atau metode lain yang anda ketahui? Anda bisa berbagi info dengan mengirim tulisan ke email KlikFranchise: admin@klikfranchise.com Related ArticlesTotal Kebutuhan Modal UsahaBiaya Modal KerjaMenghitung HPP atau COGSJangka Waktu Balik Modal ("BEP")
Read More (1002 views)
Menghitung HPP atau COGS
Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah harga modal dari produk-produk yang terjual, oleh karena itu disebut juga Cost of Goods Sold (COGS). Untuk bisnis jasa biasanya istilah COGS berubah menjadi Cost of Sales (COS). Bagi pengusaha yang sudah memahami cara melakukan stok opname dengan rutin dan benar, maka rumusnya adalah sebagai berikut: Stok Awal + Tambahan Stok - Stok Akhir. Kadang ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi, misal retur penjualan dan retur pembelian. Tentu saja retur penjualan dapat dianggap sebagai tambahan stok, dan retur pembelian adalah pengurangan stok. Bagaimana bila belum punya jadwal rutin stok opname? Meski tidak sempurna, bisa saja digunakan metode alternatif, yaitu menghitung langsung harga modal produk terjual ditambah dengan persentase tertentu sebagai alokasi kejadian barang rusak, dan barang hilang. Menghitung langsung harga modal produk terjual pada bisnis kuliner dapat dilakukan dengan melihat resepnya, dengan memperhatikan faktor LIP (Loss In Process). Contoh kejadian LIP misalnya masakan ayam yang boneless (tanpa tulang), tapi belinya ayam utuh. Dalam prosesnya tentu berat tulang akan menjadi komponen LIP. Barang Hilang dan Barang Rusak Sering terjadi penjualan tercatat 10 item tapi stok berkurang 12 item. Selain kemungkinan berpindah tempat atau posisi di gudang, faktor penyebab lainnya adalah hilang atau rusak. Dalam hal ini sangat penting untuk memiliki Pedoman Operasional yang mengingatkan bahwa barang rusak tidak boleh disingkirkan tanpa catatan Berita Acara yang dilengkapi dengan kehadiran dan tandatangan saksi. Dalam bisnis kuliner, bila Nilai HPP berdasarkan perhitungan stok ternyata lebih besar dari nilai HPP berdasarkan resep, maka patut diduga ada barang rusak, atau barang hilang. Related ArticlesTotal Kebutuhan Modal UsahaBiaya Modal KerjaBiaya Operasional, Apa Saja?Jangka Waktu Balik Modal ("BEP")
Read More (1115 views)
Modal Kerja
Modal Kerja atau Working Capital terdiri dari: Biaya Sewa dibayar di muka Biaya Operasional lainnya yang dibayar di muka, seperti biaya pajak reklame, biaya seragam pegawai, biaya stok awal inventaris perlengkapan kerja, Biaya Inventori Awal Perlengkapan Kerja: adalah perlengkapan yang digunakan dalam menjalankan bisnis, misal piring, sendok, garpu (untuk kuliner), Alat Tulis Kantor, dsb – Pencatatan kelompok item ini tidak didepresiasikan, tapi dimasukkan sebagai pengeluaran biaya operasional saat pembelian terjadi. Stok Awal bahan dan/atau produk yang menjadi HPP (Harga Pokok Penjualan) alias harga modal dari produk yang dijual. Cadangan Kas atau Saldo Awal Kas: adalah cadangan tunai atau saldo bank untuk mengantisipasi arus kas negatif selama beberapa bulan pertama. Secara umum, Total Kebutuhan Modal Usaha yang telah dikurangi dengan Modal Kerja disebut CAPEX (Capital Expenditure). Pengelompokan biaya-biaya ini bisa saja berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu di sini saya mencoba mengurai metode pengelompokan untuk perhitungan menggunakan Kalkulator Franchise di KlikFranchise. Related ArticlesTotal Kebutuhan Modal UsahaMenghitung HPP atau COGSBiaya Operasional, Apa Saja?Jangka Waktu Balik Modal ("BEP")
Read More (839 views)
Total Kebutuhan Modal Usaha
Total Kebutuhan Modal Usaha terdiri dari: Biaya Persiapan Legal Bisnis: akta pendirian (bila bukan perorangan) dan perizinan-perizinan (perizinan operasional: SIUP, TDP, NPWP, dan sebagainya). Biaya Survei Lokasi, bila dibutuhkan. Biaya-biaya awal terkait waralaba/kemitraan kepada pemilik merek (bila ada). Biaya Perijinan Renovasi: Izin Mendirikan Bangunan (IMB) bila ada rencana renovasi yang membutuhkan IMB. Biaya Pekerjaan Renovasi: Instalasi M&E, Interior (furniture dan fixture) Biaya Peralatan Kerja: Peralatan Dapur (untuk kuliner), Peralatan Racik Obat (untuk apotek), Peralatan Laser (untuk salon dan skin care), dsb. Biaya Rekrutmen: mencari, menyeleksi dan melatih Tim Pegawai mula-mula. Biaya Launching, bila dibutuhkan. Biaya Modal Kerja: adalah biaya operasional rutin yang harus dibayarkan di muka, sebelum bisnis beroperasi atau di awal tahun pertama. Di sini termasuk biaya sewa yang harus dibayar di muka, dan biaya inventori awal perlengkapan kerja. Stok Awal bahan dan/atau produk yang menjadi HPP (Harga Pokok Penjualan) alias harga modal dari produk yang dijual. Biaya Inventori Awal Perlengkapan Kerja: adalah perlengkapan yang digunakan dalam menjalankan bisnis, misal piring, sendok, garpu (untuk kuliner), Alat Tulis Kantor, dsb – Pencatatan kelompok item ini tidak didepresiasikan, tapi dimasukkan sebagai pengeluaran biaya operasional saat pembelian terjadi. Cadangan Kas atau Saldo Awal Kas: adalah cadangan tunai atau saldo bank untuk mengantisipasi arus kas negatif selama beberapa bulan pertama. Banyak ya? Memang banyak! Memulai bisnis dengan benar membutuhkan ketersediaan dana yang tidak sedikit. Ketidaktersediaan total modal (kebutuhan yang sebenarnya) dapat mengakibatkan bisnis berakhir dalam jangka pendek. Informasi mengenai modal usaha yang terlihat murah meriah biasanya menyembunyikan beberapa unsur, seperti cadangan kas, atau beberapa peralatan kerja yang harus dibeli sendiri. Contoh peralatan kerja yang harus dibeli sendiri misalnya kulkas atau freezer pada tawaran bisnis gerobakan. Mungkin alasannya bisa menggunakan kulkas rumahan. Well, itu kalau memang ada ruang yang cukup pada kulkas di rumah. Bila tidak, maka harus nambah investasi untuk beli kulkas. Related ArticlesMenghitung HPP atau COGSBiaya Operasional, Apa Saja?Jangka Waktu Balik Modal ("BEP")
Read More (881 views)