Our Blogs
with tag "transparansi"

Peluang & Risiko
Masih banyak orang yang sering bertanya kepada saya, “Franchise mana yang bagus sekarang?” 1. Bagus itu Relatif Saya sering mengatakan bahwa “Franchise yang bagus belum tentu bagus untuk Anda, terutama untuk lokasi Anda.” Mengapa demikian? Suatu bisnis yang bagus di satu lokasi belum tentu bagus di lokasi lain. Dalam ilmu marketing kita mengenal segmentasi, target dan positioning. Masyarakat di sekitar lokasi Anda, orang yang lalu lalang di lokasi Anda, bisa jadi berbeda 180 derajat dengan STP (segmentasi, target dan positioning) franchise yang bagus itu. Relatif juga bisa terkait dengan “time frame”. Ada bisnis yang dulu bagus tapi sekarang tidak lagi. Ada banyak faktor, bisa karena disrupsi teknologi, bisa juga karena tim manajemen franchisor yang berubah menjadi kurang kompeten dalam menghadapi persaingan, atau memang para pesaing menjadi lebih pintar dari franchise yang dulu terlihat bagus itu. 2. Transparansi Risiko Bagi saya franchise yang bagus itu adalah franchise yang bersedia transparan terkait risiko-risiko bisnisnya. Risiko ini bisa terkait komitmen mengenai hal-hal yang harus dikerjakan pihak investor dan tidak mungkin ditangani oleh franchisor, contoh: mencari pegawai. Jadi jangan hanya mengobral peluang profit saja. Ada pepatah yang mengatakan, “Di mana ada masalah, di sana ada peluang.” Dalam dunia investasi dan bisnis kita mengenal, “Di mana ada peluang, di sana ada risiko.” Bagaimana dengan bisnis musiman yang diwaralabakan (baca: dikerjasamakan seperti franchise). Bila investor mendapat informasi yang cukup terkait risikonya, bahwa bisnis ini mungkin musiman, jadi harus mengejar balik modal dengan cepat, sebaiknya di lokasi yang seperti apa ... bagi saya sah-sah saja menawarkan kerjasama seperti itu. 3. Motif Persoalan besar muncul ketika motif yang menawarkan kerjasama memang hendak meraup keuntungan dengan menjual franchise, dan menutup-nutupi informasi terkait risiko bisnisnya. Lebih parah lagi kalau niatnya sejak awal memang hendak menipu. Jual semurah-murahnya supaya banyak yang sanggup invest ... dan ketipu. 4. Legal vs Moral Mereka yang punya motif menipu kadang sudah membentengi diri dengan pagar-pagar hukum yang menurut saya tidak elok secara moral. Akhirnya semua kembali ke hati nurani para pelaku bisnis. Kita menjadi pelaku bisnis bertanggung jawab secara moral (selain legal formal).
Read More (590 views)