Home

/

Blog

/

Hoax Success Rate Franchise

Hoax Success Rate Franchise

image Hoax Success Rate Franchise

Pernah mendengar franchisor menawarkan waralaba dengan klaim success rate sebagai berikut?

“Tingkat sukses bisnis waralaba itu lebih dari 90%.”

“Lebih dari 95% bisnis waralaba masih menjalankan bisnisnya setelah lewat dari 5 tahun”

Nyaris tidak pernah ada yang mempertanyakan sumber informasinya, sebaliknya franchisor beramai-ramai mengutipnya dari waktu ke waktu.

Klaim tersebut muncul sekitar tahun 1991 ketika Small Business Administration (SBA) di Amerika melakukan penelitian terhadap bisnis waralaba. Kesimpulan mengenai success rate tersebut sudah dikoreksi, karena tampaknya ada kekeliruan dalam metode sampling-nya.

Sumber lain menyebutkan bahwa sample penelitian ini bias karena memang sebagian besar adalah merek franchise yang sukses. Sample penelitian ini juga gagal mengidentifikasi franchisee yang masih mempertahankan bisnisnya meskipun merugi. Ada lagi yang menyebutkan bahwa penelitian ini gagal mengidentifikasi fenomena franchise gagal yang dibeli kembali oleh franchisor untuk dipertahankan tetap beroperasi. Sumber lain menyebutkan hasil penelitian itu tidak melibatkan data keuangan yang ter-audit.

IFA (International Franchise Association) di Amerika pernah mengutip statistik ini, tapi kemudian bahkan mengirimkan memo kepada anggota IFA agar tidak lagi mengutip hasil penelitian tersebut. Informasi ini setidaknya dapat anda temukan di:

https://www.msaworldwide.com/blog/top-ten-reasons-to-invest-in-a-franchise/

https://www.aafd.org/franchisee-success-rates-here-we-go-again/

Jadi sebenarnya seperti apa success rate bisnis franchise ini?

Tampaknya tidak ada publikasi resmi yang kredibel. Lagipula, success rate setiap merek franchise tentu berbeda, selain faktor kualitas produk dan layanan, kesuksesan suatu bisnis franchise tergantung pengalaman dan kompetensi tim manajemen franchisor dan franchisee.

Di Indonesia lebih sulit lagi untuk mengukurnya, karena ada yang tidak memenuhi syarat sebagai franchise tapi menawarkan kerja sama waralaba (franchise) atau sejenis waralaba sehingga dipersepsi sebagai waralaba. Sebaliknya ada yang memenuhi persyaratan sebagai waralaba, tapi memilih untuk secara legal formal menyebutkan kerja sama bisnisnya bukan-waralaba alias kemitraan, lisensi, dsb.

 

Related Articles
Franchise dan Kemitraan
Waralaba dan Kemitraan, Kenali Bedanya!

Tags:

Share:

image writer

Utomo Njoto

Senior Franchise Consultant

FT Consulting

Email: utomo.ft@gmail.com

Popular Post

Loading...Loading...Loading...Loading...
kalkulator